Selasa, 11 Desember 2012
Seminar Nasional dan Workshop
Jumat, 30 November 2012
Pesantren Kilat mahasiswa baru Fisioterapi FK-UH
Wah.....adik-adik Angkatan 2012 terlihat sangat antusias ya mengikuti materi Peskil yg diadakan di RKFT 2 :)
Yang ikut peskil lumayan banyak loohh ^^
ruangannya aja ampe penuh begitu :D
Break dulu ah.....yaap, kita makan snack dulu setelah beberapa materi terlewat
Adik-adik.....
sembari mendengar dan mencatat, materinya jangan lupa diamalkan juga ya :)
Rabu, 28 November 2012
Fisioterapi pada sinusitis kronis
- Dulu dilakukan dengan pemberian SWD (Short Wave Diathermy).
- Saat ini dengan MLDV :
- Basic
- Abdoment
- Face
- Pallatum
- Vischeral Breathing.
Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:
- Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas
- Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam
- Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.
Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan.
Pada anak-anak, keadaannya seringkali membaik setelah dilakukan pengangkatan adenoid yang menyumbat saluran sinus ke hidung.
Pada penderita dewasa yang juga memiliki penyakit alergi kadang ditemukan polip pada hidungnya. Polip sebaiknya diangkat sehingga saluran udara terbuka dan gejala sinus berkurang.
Teknik pembedahan yang sekarang ini banyak dilakukan adalah pembedahan sinus endoskopik fungsional.
Mengenal 7 Jenis Fisioterapi
T
erapi fisik yang tepat dapat meminimalkan efek samping penggunaan
obat telan. Pasien bisa mendapatkannya di rumah sakit yang memiliki
klinik fisioterapi, tentu dengan rujukan dokter yang mengetahui kondisi
kesehatan pasien.
MACAM-MACAM FISIOTERAPI
1. Exercise Therapy atau Terapi Latihan
Terapi ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal. Kepada anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan tangan dan kakinya. Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri, melangkah, berjalan, lari kecil, dan seterusnya.
Pada kasus patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak sampai bisa menapak penuh.
Latihan-latihan yang diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat terapi yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.
2. Heating Therapy atau Terapi Pemanasan
Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya digunakan pada kelainan kulit, otot, maupun jaringan tubuh bagian dalam lainnya. Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di bagian kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja dengan menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Bila gangguan terjadi pada otot, digunakanlah micro diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika gangguan muncul di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan adalah short wave diathermy atau diatermi gelombang pendek. Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan hasil diagnosis.
Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti pada terapi inhalasi untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran napas; pada nyeri otot maupun sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu lebih menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak jadi lebih kecil untuk meminimalisir efek negatifnya.
3. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik
Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan pada anak yang menderita kelemahan otot akibat patah tulang ataupun kerusakan saraf otot. Cara penggunaannya, dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot dan secara tidak langsung merangsang regenerasi saraf.
Pada pasien anak yang menderita gangguan pernapasan, terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar, sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.
4. Cold Therapy atau Terapi Dingin
Terapi dingin biasanya diberikan bila cedera anak masih akut sehingga proses peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja, biasanya akibat terjatuh dan mengalami memar. Nah, terapi dingin ini pun berguna mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua sering mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan pengawasan ketat karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus diberi terapi, justru dapat merusak jaringan.
5. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada
Anak dengan keluhan batuk-pilek biasanya mendapat chest physiotherapy yang bermanfaat membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran udara. Yang termasuk dalam fisioterapi ini di antaranya inhalasi/nebulizer , clapping , vibrasi dan postural drainage .
Inhalasi yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui penghirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu dalam sebuah alat yang disebut nebulizeer hingga menjadi molekul-molekul berbentuk uap. Uap inilah yang kemudian dihirup anak, hingga obat akan langsung masuk ke saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat jauh lebih kecil, hingga dapat mengurangi efek samping obat.
Obat-obat inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya setiap inhalasi cukup sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran lendirnya, antara lain clapping atau tepukan pada dada dan punggung. Bisa di sisi kanan, kiri, depan dada. Tepukan dilakukan secara kontinyu dan ritmik. Sertai pula dengan pengaturan posisi anak (postural drainage) , semisal anak ditengkurapkan dengan posisi kepala lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut dapat mengalir ke cabang pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk dibatukkan. Ini akan menguntungkan karena biasanya anak tak bisa meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit dikeluarkan.
Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, bila perlu, lakukan tindakan suction atau penyedotan lendir dengan alat khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya tindakan ini dilakukan pada bayi dimana refleks batuknya belum cukup kuat untuk mengeluarkan lendir.
6. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy
Terapi dengan air berguna bagi anak-anak yang mengalami gangguan, terutama gangguan gerak akibat spastisitas, misal pada anak CP (Cerebral Palsy) . Sedangkan pada anak yang terlambat berjalan, tentu saja sebelum diterapi mereka akan dievaluasi dulu baik dari usia, tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang dialami. Untuk bisa berjalan, anak tentu saja harus melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk, merangkak sampai berdiri. Biasanya anak tidak akan langsung diajarkan berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu ia lakukan.
Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas anak akan berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang sifatnya bisa melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat diberikan hidro terapi air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.
7. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis
Sebetulnya fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang dan otot akibat patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau terkilir. Umumnya ditujukan untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali terjadi pada anak.
Pada bayi, terapi ortopedik ini akan dipakai jika ia mengalami proses pemendekan otot leher (lehernya jadi miring) akibat pembengkakan otot leher yang membuat ototnya tertarik ke satu arah. Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat, dan peregangan. Bisa juga dibarengi dengan ultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih tinggi dari yang dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan perlengketan/gumpalan di leher. Fisioterapi ini bisa diterapkan sejak bayi berusia 2 minggu.
Fisioterapi rheumathoid arthritis dilakukan pada anak dengan keluhan kaki bengkak atau mengalami gangguan sendi. Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi dingin diberikan saat akut dan selanjutnya diberikan terapi panas dengan electrical stimulations therapy . Ini bisa dilakukan pada anak usia 4-5 tahunan, tergantung pada bagian mana terserangnya.
MACAM-MACAM FISIOTERAPI
1. Exercise Therapy atau Terapi Latihan
Terapi ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal. Kepada anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan tangan dan kakinya. Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri, melangkah, berjalan, lari kecil, dan seterusnya.
Pada kasus patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak sampai bisa menapak penuh.
Latihan-latihan yang diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat terapi yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.
2. Heating Therapy atau Terapi Pemanasan
Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya digunakan pada kelainan kulit, otot, maupun jaringan tubuh bagian dalam lainnya. Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di bagian kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja dengan menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Bila gangguan terjadi pada otot, digunakanlah micro diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika gangguan muncul di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan adalah short wave diathermy atau diatermi gelombang pendek. Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan hasil diagnosis.
Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti pada terapi inhalasi untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran napas; pada nyeri otot maupun sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu lebih menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak jadi lebih kecil untuk meminimalisir efek negatifnya.
3. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik
Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan pada anak yang menderita kelemahan otot akibat patah tulang ataupun kerusakan saraf otot. Cara penggunaannya, dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot dan secara tidak langsung merangsang regenerasi saraf.
Pada pasien anak yang menderita gangguan pernapasan, terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar, sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.
4. Cold Therapy atau Terapi Dingin
Terapi dingin biasanya diberikan bila cedera anak masih akut sehingga proses peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja, biasanya akibat terjatuh dan mengalami memar. Nah, terapi dingin ini pun berguna mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua sering mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan pengawasan ketat karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus diberi terapi, justru dapat merusak jaringan.
5. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada
Anak dengan keluhan batuk-pilek biasanya mendapat chest physiotherapy yang bermanfaat membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran udara. Yang termasuk dalam fisioterapi ini di antaranya inhalasi/nebulizer , clapping , vibrasi dan postural drainage .
Inhalasi yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui penghirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu dalam sebuah alat yang disebut nebulizeer hingga menjadi molekul-molekul berbentuk uap. Uap inilah yang kemudian dihirup anak, hingga obat akan langsung masuk ke saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat jauh lebih kecil, hingga dapat mengurangi efek samping obat.
Obat-obat inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya setiap inhalasi cukup sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran lendirnya, antara lain clapping atau tepukan pada dada dan punggung. Bisa di sisi kanan, kiri, depan dada. Tepukan dilakukan secara kontinyu dan ritmik. Sertai pula dengan pengaturan posisi anak (postural drainage) , semisal anak ditengkurapkan dengan posisi kepala lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut dapat mengalir ke cabang pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk dibatukkan. Ini akan menguntungkan karena biasanya anak tak bisa meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit dikeluarkan.
Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, bila perlu, lakukan tindakan suction atau penyedotan lendir dengan alat khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya tindakan ini dilakukan pada bayi dimana refleks batuknya belum cukup kuat untuk mengeluarkan lendir.
6. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy
Terapi dengan air berguna bagi anak-anak yang mengalami gangguan, terutama gangguan gerak akibat spastisitas, misal pada anak CP (Cerebral Palsy) . Sedangkan pada anak yang terlambat berjalan, tentu saja sebelum diterapi mereka akan dievaluasi dulu baik dari usia, tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang dialami. Untuk bisa berjalan, anak tentu saja harus melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk, merangkak sampai berdiri. Biasanya anak tidak akan langsung diajarkan berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu ia lakukan.
Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas anak akan berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang sifatnya bisa melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat diberikan hidro terapi air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.
7. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis
Sebetulnya fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang dan otot akibat patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau terkilir. Umumnya ditujukan untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali terjadi pada anak.
Pada bayi, terapi ortopedik ini akan dipakai jika ia mengalami proses pemendekan otot leher (lehernya jadi miring) akibat pembengkakan otot leher yang membuat ototnya tertarik ke satu arah. Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat, dan peregangan. Bisa juga dibarengi dengan ultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih tinggi dari yang dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan perlengketan/gumpalan di leher. Fisioterapi ini bisa diterapkan sejak bayi berusia 2 minggu.
Fisioterapi rheumathoid arthritis dilakukan pada anak dengan keluhan kaki bengkak atau mengalami gangguan sendi. Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi dingin diberikan saat akut dan selanjutnya diberikan terapi panas dengan electrical stimulations therapy . Ini bisa dilakukan pada anak usia 4-5 tahunan, tergantung pada bagian mana terserangnya.
Kamis, 13 September 2012
Struktur BPH HIMAFISIO periode 2012-2013
Ketua : Yahya Dwitama
Sekretaris : Nurmalasari
Bendahara : Wilda Maryadin
Divisi Kesekretariatan:
Nur Ashriawati B.
Muliati
Nurwakia Harun
Siti Nurbaya
Diah Pramudita
Divisi Kaderisasi:
Sri Rezeki Samsurya
Nurhayati Pattang
Nur Rahmah
Eka Agustiani
Lia Dwitasari
Divisi pendidikan & peng. keilmuan:
Apriani
Triana Karnadipa
Dyan Novita M.S.
Nur Azriyani Naim
Rabia
Divisi Kerohanian:
Eka Novianti I.
Syahriani Syani
Wahyuni Dwi Cahya
Abdul Haris
Nur Asyikah
Divisi Hubungan Luar:
Muhammad Akbar
Andi Ikhlasia
Tri Wahyuningsih Bahri
Mariyal Qibtiyah
Nurul Afrilah Mahkota
Divisi Minat & Bakat:
Kurnia Putri Utami
Anita Taurisia
Muhammad Akil
Fadliana Utami
Nurmelia Rante
Divisi Kewirausahaan:
Gresilia Tambing
Beatrice Suwarni Tjouwardi
Fadliah Amiruddin
Musria Rahman M.
Ummi Faizah
Selasa, 11 September 2012
Penerimaan Mahasiswa Baru 2012
Yahya Dwitama, ketua HIMAFISIO periode 2012-2013 bersama salah satu MABA fisioterapi 2012
Menyimak materi yang dibawakan oleh Kanda Nuel
well, setelah menyimak materi dari kanda Nuel...
Mari kita Makan :)
Selamat datang di jurusan Fisioterapi adik-adik :)
Jumat, 25 Mei 2012
Paradigma Berorganisasi
Kenapa
anda mau membuang-buang waktu berorganisasi? Apa untungnya? Bukankah tugas
utama mahasiswa hanya kuliah? Pertanyaan jenis
ini seperrtinya sudah basi kedengarannya
ditelinga mahasiswa.. jawaban dan redaksi katanya mungkin berbeda-beda,
tetapi Hampir semuanya sependapat bahwa datang mendengarkan ceramah kuliah dari
dosen saja, tidaklah cukup. dan hamper semua pula sepakat bahwa mahasiswa
kodratnya butuh sebuah tempat
sebagaiwadah pengembangan diri,
dansebagainya, dan sebagainya. Tidak sedikit pun dari mahasiswa yang memasuki
lebih dari satu organisasi, baik internal maupun eksternal kampus. Jadi bisa
dikatakan bahwa Trend Berorganisasi kini telah menjamur di kalangan mahasiswa
“Melalui
organisasi, kita dapat belajar bersosialisasi, belajar disiplin, belajar
menghargai waktu, pandai berkomunikasi, dsb” beginilah sepenggal harapan dan
cita-cita para anggota sebuah organisasi.
Namun sudahkah organisasi menanamkan kepada anggotanya proses
pembelajaran?? Jangan sampai organisasi hanya menjadi tempat “kerja” dan
sebagai gengsi bagi anggotanya. Organisasi hari ini cenderung terkungkung dalam
program kerja dan deadline. Mengejar kegiatan yang terkesan luar biasa dan
mengorbankan banyak tenaga. Karna ukuran keberhasilan dinilai bergantung dari
seberapa banyak program kerja yang dapat terealisasi dan seberapa banyak
kegiatan eksternal yang berhasil menyedot banayak peserta.
Tapi,
sudahkah anggotanya mengambil nilai pembelajaran untuk semua kegiatan yang
telah terlaksana? Jangan sampai demi sebuah prestise, kemudian organisasi
menjadi kehilangan orientasinya sebagai pembelajaran dan pendidikan kepada
anggotanya melalui proses yang dijalani. Jadi tidaklah salah bila kita
menyatakan bahwa, keberhasilan bukanlah apa output yang dihasilkan, namun
bagaimana sebuah proses bisa menanamkan proses pembelajaran bagi anggotanya.
Rabu, 09 Mei 2012
SERBA SERBI FISIOTERAPI FK UNHAS
Fisioterapi
merupakan salah satu program studi yang terbilang baru di Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Program studi ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun
2005 dengan menerima mahasiswa Diploma III Fisioterapi. Namun, peneriman
mahasiswa baru jalur reguler/SMA dibuka untuk umum pada tahun 2008. Hal ini
terjadi karena prodi fisioterapi harus melalui beberapa seleksi kelayakan, baik
tingkat fakultas maupun universitas.
Sejarah Fisioterapi
FK-UNHAS :
Tahun 2005 :
Pendidikan S1 Fisioterapi pertama dimulai
di Indonesia dengan adanya MOU
kerjasama antara FK-UNHAS, IFI Cabang Makassar dan Poltekes Makassar yang digagas oleh Bapak Drs.H. Djohan Aras,S.Ft, Physio, M.Pd, M.Kes
Tahun 2006 : Prodi
Fisioterapi FK-UNHAS menjalani proses
kelayakan pada tingkat Fakultas Kedokteran melalui Rapat Senat FK-UNHAS
Tahun 2007 : Prodi
Fisioterapi FK-UNHAS menjalani proses kelayakan pada tingkat Universitas
Tahun 2008 : tanggal
13 Maret, Pendidikan S1 Fisioterapi pertama di Indonesia lahir
di Makassar secara resmi melalui SK DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS No:852/D/T/2008 dan
pada tahun itu juga peneriman mahasiswa baru jalur reguler/SMA dibuka untuk
umum.
Visi Prodi Fisioterapi FK-UNHAS
Pada tahun 2015
menjadi pusat pendidikan tenaga Fisioterapi unggul sebagai penghasil tenaga
Fisioterapi Profesional yang berdedikasi
dan bermoral tinggi serta mampu bersaing di Era Globalisasi
Tujuan
pendidikan :
- Melaksankan proses fisioterapi secara bertanggung jawab & sistem pelayanan kesehatan, fisioterapi dasar sampai ketingkat kerumitan tertentu secara mandiri kepada individu, keluarga & komunitas berdasarkan etika Fisioterapi
- Mengelolah pelayanan fisioterapi profesional dengan menunjukkan sikap kepemimpinan yang bertanggung jawab.
- Mengelola kegiatan penelitian fisioterapi dengan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan IPTEK untuk meningkatkan mutu & jangkauan layanan Kemitraan fisioterapi.
- Berperan serta aktif dalam mendidik & melatih calon Fisioterapi & Fisoterapis serta berpartisipasi dalam peningkatan jenjang pndidikan lanjut Fisioterapi
- Mengembangkan diri secara kontinyu untuk meningkatkan kemampuan profesional, kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika Fisioterapi dalam melaksanakan profesinya.
- Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan.
Sistem pendidikan :
Dibagi dalam dua tahap dalam satu paket yang tidak terpisah sesuai rekomendasi IFI No. R. 161/III/2006/IFI
tentang gelar dan sebutan yaitu:
ALASAN MENGAPA MAHASISWA HARUS BERORGANISASI
Banyak
orang yang bertanya ketika menjadi
seorang mahasiswa “Mengapa saya harus ikut
pengkaderan yang dilaksanakan oleh senior?” Pertanyaan
itu merupakan pertanyaan klasik bagi seorang insan akademisi yang baru saja menginjakkan kakinya di
dunia civitas akademika. Sebagian lagi berpikir bahwa berorganisasi
adalah sunnah atau pilihan yang
dianggap sebagai prioritas kegiatan yang kesekian kalinya di bawah kegiatan wajib
kampus, yaitu kuliah. Sering
mahasiswa mendikotomikan antara kuliah dan berorganisasi. Paradigma yang salah
tersebut mengisyaratkan bahwa organisasi dan kuliah adalah sebuah opsi, maka seorang mahasiswa
berhak untuk tidak berorganisasi. Salah satu bahasa pembenaran untuk
menyalahkan argumen tersebut adalah legalitas hukum yang lahir dari proses
penalaran dan analisis. Salah satu bentuk legalitas organisasi adalah SK Dikti yang berbunyi sebagai berikut : Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 12
ayat (1) b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Untuk itu, mahasiswa
yang merupakan peserta didik sebagai generasi penerus perjuangan bangsa perlu
dibekali dengan kemampuan yang memadai agar aset bangsa yang sangat potensial
tersebut mampu bersaing dalam era global. Para mahasiswa diharapkan tidak hanya
menguasai bidang ilmu yang ditekuni di kampus, tetapi juga mengusai bidang lain
yang dapat menunjang keberhasilan mereka di masa depan.
Menjadi
pertanyaan buat kita, dimana seorang insan akademisi membekali kemampuan,
minat, dan bakat? Anda akan menjawab kuliah?
Jawabannya tentu saja bukan. Anda akan mendapatkan kemampuan tersebut melalui
organisasi. Tapi ingat, dalam berorganisasi seorang kaum intelektual tidak
boleh menganut pragmatisme dan egosentris. Memandang sebuah organisasi
adalah sebuah jalan untuk mendapatkan profit.
Untuk itu menurut
pandangan saya,
diperlukan sinergitas antara ilmu berbasic scientific
evidens dan life-skill yang
berasaskan Pancasila dan UUD. Jadi,
organisasi merupakan suatu bentuk keharusan dalam sistem pendidikan yang
berkarakter baik dari sisi humaniora maupun sisi intelegensia seorang insan
akademisi (baca:mahasiswa). Sudah menjadi dogma di kehidupan akademisi kampus,
mahasiswa mempunyai 3 bentuk tanggung jawab
yang dijabarkan melalui Tri Darma
Perguruan Tinggi yang isinya :
Mahasiswa mempunyai tanggung jawab pada (1) pendidikan, (2) penelitian,
dan (3) pengabdian kepada masyarakat.
Pada
poin pendidikan dan penelitian, seoran insan akademisi menyelesaikan tanggung
jawab melalui kegiatan-kegiatan empiris melalui jenjang perkuliahan. Seorang
mahasiswa dikatakan menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai insan akademisi
ketika ia telah menyelesaikan semua prosesi perkuliah mulai dari awal hingga
penalaran ilmiah yang kebanyakan bersifat induktif (baik pembuatan skripsi,
tesis, ataupun disertasi). Nah, poin ke-3 dikemanakan? Banyak orang yang
non-organisatoris mengatakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) adalah bentuk dari poin
(3) tersebut. Logiskah menurut Anda ketika proses penyelesaian tanggung jawab
poin (1) dan (2) dilaksanakan dari awal ketika seseorang berstatus mahasiswa
(baca:terdaftar) dibandingkan Anda menyelesaikan KKN guna menggugurkan
kewajiban poin (3)?
Toh
pada hakikatnya diperlukan koherensi time
line antara penyelesaian tanggung jawab ketiga poin tersebut. Ada lagi yang
beranggapan bahwa “ketika saya kerja saya
nantinya akan menyelesaikan tanggung jawab pengabdian tersebut”. Mind set
tersebut sangat salah, sebab ketika
seseorang telah menyelesaikan
studi, maka statusnya bukan lagi mahasiswa tetapi sebagai masyarakat. Jadi, Anda tidak akan
menyelesaikan tanggung jawab poin ketiga. Dan ingat dalam agama, tanggung jawab
ketika tidak dilaksanakan adalah ingkar dan orang ingkar akan (....) Anda jawab sendiri.
Guna semakin memahami lebih dalam pahami karakteristik mahasiswa sebagai agent of change, moral force, sosial control, dan
agent of iron stock oleh dr. Ali Sariati.
Organisasi
juga merupakan suatu kebutuhan bukan keinginan. Berorganisasi bukan candu
melainkan obat penyejuk jiwa seorang yang gelisah dalam mencari jati diri.
Banyak orang-orang yang dulunya hedonis ekstrim berubah menjadi seseorang yang
peduli terhadap penderitaan rakyat kecil melalui kegiatan organisasi. Banyak
hal yang biasanya tidak ternilai lewat materi. Hei, kaum materialis! Ingat, sebuah senyuman yang
lahir dari wajah tulus rakyat yang Anda
bantu melalui kegiatan organisasi intra kampus lebih bernilai dibandingkan dengan uang. Ingat bahwa mahasiswa dikenal dengan
kaum idealis, kritis dan universal. Melalui organisasi lah Anda dapat mendapatkan
hal ini. Jika
dibahas secara teoritis, Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dari hasil bacaan
ini. Melainkan Anda harus merasakan sendiri. Karena melalui pengalaman
empirislah Anda dapat merasakan “nikmatnya” berorganisasi mahasiswa.
Oleh : Rulyan
Muslimin H.
Langganan:
Postingan (Atom)