Selasa, 26 Juli 2011

Simetriskah Bahu Anda????

     Skoliosis merupakan salah satu deformitas vertebrae, dimana posisi vertebrae yang cenderung lurus membentuk huruf ‘I’ justru cenderung mengalami kurvatura ke lateral tubuh, membentuk huruf ‘S’ atau ‘C’ pada vertebrae. Hal ini dapat dilihat dari sisi posterior tubuh. Terkadang, skoliosis dapat juga disertai dengan rotasi pada vertebrae thoracic, sehingga terjadi hump pada costae jika dilakukan forward bending test.


         Skoliosis diklasifikasikan menjadi dua; skoliosis structural dan non-struktural (postural).  Skoliosis struktural merupakan skoliosis yang bersifat irreversible karena bentuknya yang rigid dan tidak dapat dikoreksi dengan mengubah postur. Berbeda dengan structural, skoliosis postural bersifat reversible dan dapat dikoreksi. Lalu, mengapa ada yang bisa dikoreksi dan ada yang tidak? Jawabannya sebagai berikut.
      Skoliosis postural disebabkan oleh berbagai hal yang membuat vertebrae itu menjadi cenderung untuk bengkok ke satu sisi misalnya adanya muscle spasm. Pengembalian dari bad posture hingga menjadi good posture cukup dengan mengetahui apa penyebab asalnya dan tangani penyebab asal itu. Jika tidak segera ditangani, skoliosis postural ini dapat menjadi skoliosis structural.
   Skoliosis structural disebabkan oleh berbagai macam hal : degeneratif, neuromuscular, kongenital, dan idiopati alias tidak diketahui asalnya. Sekitar 80% kasus skoliosis merupakan kasus skoliosis idiopati. Skoliosis idiopati ini dibagi lagi atas empat bagian : infantile, juvenile, adolescent, dan adult. Pembagian ini berdasarkan kapan skoliosis mulai terjadi pada seseorang. Dikategorikan infantile scolisis untuk anak dibawah umur 3 tahun, juvenile antara umur 4-9 tahun, adolescent pada umur 10-18 tahun, dan jika telah mencapai bone maturity maka dikategorikan sebagai adult scoliosis.
Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) adalah tipe skoliosis yang paling umum dari skoliosis idiopati dan dari kasus skoliosis secara keseluruhan. AIS biasanya terkena pada remaja-remaja sebelum mereka memasuki masa pubertas. AIS ini cenderung mengenai pada anak perempuan daripada laki-laki. Mengenai mengapa cenderung pada wanita belum diketahui secara pasti. Selain itu, perawatan skoliosis terhadap perempuan juga lebih intens dibandingkan terhadap anak laki-laki.

Jika sudah didiagnosis skoliosis, maka ada 3 kemungkinan treatment yang diberikan : observasi, bracing, atau surgery. Treatment ini tentu saja diberikan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu umur, jenis kelamin, bone maturity, lokasi kurvatura, derajat dan tingkat kurvatura serta laju progresinya. 

Anak-anak yang terkena skoliosis biasanya direkomendasikan untuk observasi saja. Derajatnya juga kecil, kurang dari 20 derajat. Observasi ini hanya sekedar check up untuk mengetahui apakah ada peningkatan kurvatura. Observasi dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. 

Lain halnya dengan bracing. Bracing diberikan jika derajat skoliosis lebih dari  20 derajat dan masih dalam masa pertumbuhan. Umumnya ini diberikan pada penderita AIS. Bracing memiliki bentuk seperti korset dan efektivitasnya tergantung seberapa lama dikenakannya brace tersebut dalam sehari. Pemakaian brace ini bisa mencapai 22-23 jam sehari. 

Bracing ini tidak akan menyembuhkan atau melawan arah tumbuh skoliosis. Bracing ini hanya akan memperlambat laju perkembangan skoliosis. Biasanya bracing ini akan berdampak pada psikis dan fisik. Bracing akan menimbulkan rasa tidak nyaman karena menekan perut. hal ini akan menyebabkan kesulitan bernafas dan mungkin saja kehilangan berat badan.

Surgery diindikasikan ketika brace tidak berhasil memperlambat progresi skoliosis, kurva telah melebihi 45 derajat, bentuk skoliosis juga mempengaruhi nilai kosmetik seseorang, dan pengaruh fisiologis yang ditimbulkannya misalnya terhadap breathing.
Bentuk surgery yang paling umum adalah spinal fusion. Pada prosedur ini, dilakukan bone grafted untuk membentuk kesatuan tulang yang rigid dan dibantu alat-alat seperti rods, hooks, cables, screws, dan cages. Surgery umumnya mengembalikan alignment tubuh ke arah yang lebih normal.

Tanda dan komplikasi
Apa saja yang dapat ditandai dari seorang skoliosis? Di bawah ini ada beberapa tanda yang dapat dijumpai pada penderita skoliosis :
1.    Badan condong ke lateral flexi
2.    Salah satu bahunya lebih tinggi dari yang lain
3.    Salah satu hip lebih tinggi dari yang lain
4.    Terdapat penonjolan salah satu scapula (shoulder blade)
5.    Payudara yang asimetris pada wanita
6.    Rib cage menonjol di satu sisi
7.    Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul
8.    Sikap berjalannya miring disebabkan pinggulnya tinggi sebelah

Skoliosis dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang berbahaya. Ini disebabkan karena struktur vertebrae adalah struktur yang penting dan berdekatan dengan berbagai struktur krusial lainnya. Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul antara lain :
1.    Gangguan jantung dan paru karena adanya perubahan struktur rib cage
2.   Gangguan punggung terkait dengan struktur terlibat misalnya spasme otot, saraf terjepit yang menyebabkan nyeri, fatigue, ataupun muscle weakness.   
3.    Deformitas berat 
     Memperburuk penampilan
     Penyakit sendi degenerative

Pemeriksaan dan manajemen penanganan
Untuk memastikan ada tidaknya skoliosis, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan baik itu oleh dokter, physio, maupun orang awam sendiri, sebagai indikasi untuk memeriksakan dirinya lebih lanjut ke dokter.
Pemeriksaan paling sederhana yang dapat dilakukan adalah Forward Bending Test. Cara melakukannya cukup dengan menyuruh pasien untuk menyentuh ujung jari kakinya dari posisi berdiri. Dari posisi ini dapat kita lihat adanya hump atau penonjolan ribs. Ini disebabkan adanya rotasi pada daerah vertebrae thoracic. Ini juga dapat menunjukkan adanya lengkungan spine. Perlu dicatat bahwa tes ini hanya menunjukkan adanya kelainan pada spine akan tetapi tidak menunjukkan tingkat keparahan deformitas tersebut.
Pemeriksaan yang lain adalah menggunakan skid lock,  sejenis bandul panjang yang melewati kepala, badan, dan garis tengah gluteal. Caranya, orang yang akan dites dalam posisi berdiri dengan kaki terbuka. Kemudian kita letakkan ujung tali yang bebas pada poe dan biarkan bandulnya jatuh melewati garis tengah gluteal. Jika bandul tidak melewati garis tengah gluteal dengan penyimpangan kira-kira lebih dari 10 derajat, maka ada kemungkinan terjadi skoliosis.

Pemeriksaan X-Ray, CT, MRI, atau bone scan  tentu saja merupakan pemeriksaan yang paling akurat untuk menentukan skoliosis. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui dimana letak skoliosis dan tingkat kemiringan skoliosis tersebut.
Selain pemeriksaan tadi, ada juga pemeriksaan khusus untuk mengukur besarnya rib hump. Alat yang digunakan dinamakan scoliometer. 

Jadi, apa yang dapat dilakukan jika seseorang sudah didiagnosis skoliosis? Tentu saja dengan penanganan seperti yang telah dijelaskan di atas  yaitu observasi, bracing, dan surgery. Tapi apakah hanya itu saja yang dapat dilakukan? Tidak hanya itu saja.
Penanganan skoliosis tidak terpaku pada bagaimana agar kurvanya tidak bertambah, tetapi juga untuk menjaga agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi tersebut.  

Jika dokter telah menangani dengan bracing, maka seorang physio dapat menangani dengan memberikan exercise-exercise agar tidak terjadi spasme, weakness, fatigue, dan untuk menjaga sirkulasi darah tetap lancar pada area yang terkena skoliosis dan fungsi utama dalam tindakan Physio dalam kondisi scoliosis yaitu dapat melakukan exercise yang dapat mempertahankan dan memperbaiki bentuk postur yang sesuai dengan prinsip body mechanical terutama pada scoliosis postural . Selain itu, berolahraga  secara rutin dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran secara umum yang secara tidak langsung dapt memunculkan postur yang baik pada seseorang terutama olah raga yang mengaktifkan fungsi otot-otot trunk secara optimal misalnya berenang.

Selain itu, asupan gizi juga perlu dijaga pada penderita skoliosis. Akan tetapi tidak ada suatu diet khusus untuk penderita skoliosis. Selain itu, penambahan intake kalsium tidak berpengaruh terhadap laju perkembangan skoliosis.

Satu hal lagi yang penting adalah menjaga kondisi psikis penderita skoliosis. Kasus skoliosis terbanyak diderita oleh anak-anak yang baru saja akan memasuki masa pubertasnya. Masa ini merupakan masa yang labil. Kondisi skoliosis bisa saja mengurangi rasa percaya diri dan menimbulkan rasa takut, marah, dan rendah diri. Dukungan dari keluarga, teman, dan tenaga kesehatan terkait sangat berperan untuk mengatasi semua itu.

Terakhir, skoliosis ini tidak dapat dicegah, baik dengan memperbaiki postur, maupun dengan fiksasi dan exercise. Identifikasi awal pada skoliosis dapat membantu pada penanganan lebih lanjut. Jadi, simetriskah bahu anda Untuk itu cegah lebih dini dengan segera memeriksakan posture anda, sehingga pencegahan atau pengobatan lebih dini akan lebih bisa memaksimalkan hasil yang ingin di capai.


sumber: buletin 'endfeel'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar